You Are Reading

0

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM MEREDUKSI KERUGIAN AKIBAT BANJIR

Sang Pencari Kebenaran
            Banjir sedang mengintai, bahkan sudah banyak daerah-daerah yang terkena dampak akibat banjir. Hujan deras sejak Selasa (25/12/07) malam hingga Rabu (26/12/07) yang merata di seluruh Jawa Timur membuat 13 kabupaten/kabupaten di provinsi ini dilanda banjir dan tanah longsor dalam waktu hampir bersamaan kemarin. Kabupaten/kabupaten yang diterjang banjir dan longsor itu adalah Lamongan, Madiun, Mojokerto, Jombang, Ponorogo, Pacitan, Jember, Trenggalek, Gresik, Probolinggo, Situbondo, Ngawi dan Pasuruan. (http://www.surya.co.id/web)
            Banyak daerah yang merugi ratusan bahkan jutaan rupiah diakibatkan banjir.  Kerugian yang ditimbulkan banjir diantaranya yaitu sarana transportasi jadi lumpuh. Hal ini sangat mengganggu distribusi barang dan manusia.

            Musim di wilayah Indonesia yaitu musim penghujan dan musim kemarau merupakan faktor alam yang tidak dapat dirubah yang pada musim penghujan dan musim kemarau terdapat kemungkinan adanya bencana alam, sehingga sehingga harus ada kewaspadaan akan kemungkinan adanya bencana alam seperti banjir. Maka yang harus dilakukan adalah mengurangi serta mencegah kerusakan yang diakibatkan banjir. Namun kita hanya dapat berusaha untuk mengurangi efek yang merugikan. Kemungkinan efek negatif yang potensi untuk ditimbulkan oleh perubahan musim yaitu adanya banjir pada musim penghujan. Kondisi yang semakin memburuk karena hal tersebut, dapat dikurangi dengan melakukan suatu kegiatan untuk meningkatkan ketahanan.
            Faktor yang dapat dianggap sebagai pemicu terjadinya banjir yaitu karakteristik iklim suatu wilayah yang berpengaruh terhadap keberadaan sumberdaya air di wilayah tersebut. Unsur iklim yang perlu diperhatikan dalam kajian konservasi banjir yaitu curah hujan tahunan. Disamping itu penyimpangan iklim global maupun regional juga berpengaruh pada tingginya curah hujan musim penghujan pada wilayah-wilayah tertentu di Indonesia
Secara geografis, Indonesia terletak di wilayah iklim tropis dengan curah hujan rata-rata tahunan 2.900 mm/tahun (Suprapto, 2003). Masalah air terutama masalah banjir merupakan hal yang selalu datang sesuai dengan datangnya musim. Hal ini terlihat dengan terjadinya surplus air dalam bentuk banjir dan tanah longsor di musim hujan.
Kerusakan hutan dan lahan pada bagian hulu merupakan penyebab utama terjadinya erosi dan sedimentasi pada alur-alur sungai alam sehingga mengurangi daya serap lahan terhadap air hujan. Hal ini menyebabkan terjadinya banjir tak terkontrol di musim penghujan. Data Balai Pemantapan Kawasan Hutan Jawa-Madura menggambarkan, kawasan hutan Jawa seluas 3.289.131 ha., saat ini kondisinya sangat memprihatinkan. Luas lahan di dalam kawasan hutan yang memerlukan rehabilitasi tercatat 1,714 juta ha (56,7 persen) dari luas seluruh kawasan hutan. Itu terdiri dari atas hutan lindung dan konservasi yang rusak seluas 567.315 ha serta hutan produksi tak berpohon seluas 1.147.116 ha. Kondisi ini diperparah oleh meluasnya lahan kritis di luar kawasan hutan yang telah mencapai 9,016 juta ha. Total lahan yang perlu direhabilitasi mencapai 10,731 juta ha atau 84,16 persen dari seluruh daratan Pulau Jawa. 
Di Kabupaten Lamongan air selalu menjadi masalah yang terjadi hampir setiap tahun, dimusim hujan terlalu banyak air (banjir) dimusim kemarau kekurangan air (kekeringan).
Dalam mereduksi kerugian akibat banjir perlu dibutuhkan data-data dan sistem informasi yang terintegrasi dengan baik agar kerugian akibat banjir benar-benar berkurang dan penyaluran bantuan dari donatur benar-benar tepat sasaran kepada yang berhak menerima bantuan serta dengan jumlah bantuan yang sesuai dengan kondisi masyarakat. Salah satu sistem informasi yang dapat digunakan dalam mereduksi kerugian akibat banjir adalah sistem informasi geografis atau Geographic Information System.
Sistem Informasi Geografi (SIG) atau Geographic Information System (GIS) adalah suatu sistem informasi yang dapat memadukan antara data grafis dengan data teks (attribut) objek yang dihubungkan secara geografis dibumi (georeference). Disamping itu, Sistem Informasi Geografi ini juga dapat menggabungkan data, mengatur data, dan melakukan analisis data. Untuk selanjutnya menghasilkan output yang dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan pada masalah geografi (Tim Penelitian dan Pengembangan Wahana Komputer, 2001) 
Perkembangan SIG dalam negara-negara berkembang masing belum begitu banyak. Aplikasi dan pengembangan SIG dimulai di negara maju, terutama Amerika Utara. Komponen utama SIG meliputi perangkat keras, perangkat lunak, data dan sumber daya manusia (Puntodewo, 2003). Saat ini sebuah sistem informasi sangat identik dengan teknologi dan Sistem Informasi Geografi juga tidak terlepas dengan Penginderaan Jarak Jauh (Remote Sensing) yang memanfaatkan teknologi penyajian informasi geografi dengan visualisasi melalui satelit. Telah diketahui aplikasi remote sensing dalam. SIG memiliki beberapa manfaat (Sukardja, hal 3)
Dari latar belakang tersebut peneliti merasa tertarik untuk meneliti bagaimana penerapan sistem informasi geografis untuk mereduksi kerugian akibat banjir di Lamongan. Selain itu ilmu SIG dengan segala kelebihannya merupakan ilmu baru yang tentunya mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. Penelitian ini diharapkan terwujudkan SIG dalam pemahaman pada kondisi banjir yaitu memberikan pengetahuan tambahan bagaimana kita sebagai masyarakat Lamongan agar dapat mengatasi masalah banjir. Dengan penelitian ini diharapkan juga sebagai langkah awal khususnya bagi peneliti untuk mampu berkonsentrasi dalam pengembangan sistem informasi geografis dan bertanggung jawab dalam mengamalakan ilmunya. 

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2010 Blog Pribadi Abd Umar